Infeksi
Amuba yang Hidup Bebas
DEFINISI
Amuba
yang hidup bebas ialah protozoa yang tinggal di tanah atau air dan tidak harus
tinggal pada orang atau binatang. Walaupun mereka jarang menyebabkan infeksi
pada manusia, jenis amuba tertentu bisa menyebabkan penyakit yang mengancam
kehidupan yang serius. Penyakit yang paling sering disebabkan oleh amuba yang
hidup bebas adalah amebic meningoencephalitis, granulomatous amebic radang
otak, dan amebic keratitis.
Primary
Amebic Meningoencephalitis
Primary
amebic meningoencephalitis jarang terjadi, biasanya infeksi yang fatal pada
sistem saraf pusat (otak dan saraf tulang belakang) yang disebabkan oleh
Naegleria fowleri.
Amuba yang menyebabkan infeksi ini hidup di
air yang segar, seringkali pada air yangmenggenang di seluruh dunia. Waktu
orang, biasanya anak-anak atau orang dewasa muda, berenang di air tercemar,
amuba bisa memasuki sistem saraf pusat lewat membran lendir hidung. Kalau
mereka mencapai otak, mereka menyebabkan radang, kematian jaringan, dan
pendarahan.
Gejala mulai dalam 1 sampai 2 minggu.
Kadang-kadang gejala pertama adalah perubahan dalam membaui atau mengecapa.
Kemudian, orang mengalami sakit kepala, leher kaku, sensitivitas terhadap
cahaya, mual, dan muntah. Mereka mungkin menjadi bingung dan mengantuk dan
mungkin mengalami seizures. Infeksi bisa berkembang secara cepat, menyebabkan
kematian dalam 10 hari.
Dokter mencurigai infeksi pada orang yang
mempunyai gejala dan sudah berenang baru-baru ini di air alam, tetapi diagnosa
sulit untuk dikonfirmasi. Ketukan tulang belakang (injeksi lumbar) dilakukan
untuk mendapatkan sampel cairan cerebrospinal. Tes ini bisa meniadakan penyebab
infeksi radang selaput dan otak lain, tetapi dokter tidak selalu dapat menemukan
amuba pada sampel.
Karena sedikit orang yang dapat bertahan,
menentukan pengobatan terbaik menjadi sulit. Sedikit obat anti jamur dan
antibiotika dapat menolong. Amphotericin B dapat disuntikkan ke dalam vena
(dengan infus) atau ke dalam ruang di sekitar kanal tulang belakang (secara
intrathecal). Kadang-kadang miconazole, rifampin, atau sulfisoxazole, diberikan
secara oral, juga diberi. Miconazole dapat diberikan secara intrathecal.
Granulomatous
Amebic Encephalitis
Radang
otak Granulomatous amebic adalah infeksi sistem saraf pusat yang fatal yang
disebabkan oleh spesies Acanthamoeba yang langka atau Balamuthia mandrillaris.
Biasanya terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah atau
kesehatannya buruk.
Amuba yang menyebabkan infeksi ini tinggal di
air, tanah, dan debu di seluruh dunia. Banyak orang terpapar, tetapi sedikit
yang terinfeksi. Biasanya terjadi pada orang yang sistem imunitasnya melemah
atau kesehatanny secara umum buruk. Amuba mungkin masuk lewat kulit atau
paru-paru dan menjalar ke otak lewat aliran darah.
Gejala mulai secara perlahan. Orang mungkin
mengalami demam dengan tingkat yang rendah, pandangan kabur, berubah
kepribadian, dan bermasalah dengan berbicara, koordinasi, atau pandangan. Satu
sisi badan atau muka mungkin menjadi lumpuh. Luka mungkin timbul di kulit.
Sakit kepala dan pusing biasa terjadi. Kebanyakan orang terinfeksi meninggal,
biasanya 7 sampai 120 hari sesudah gejala dimulai.
Computed tomography (CT) scan dan ketukan
tulang belakang biasanya dilakukan. Tes ini menolong meniadakan penyebab
lainnya tetapi biasanya tidak bisa memperkuat diagnosa. Luka biasanya berisi
amuba dan, jika ada, dilakuakn biopsi. Diagnosa sering dibuat setelah kematian.
Beberapa antifungal obat dan antibiotika dapat
digunakan. Dibromopropamidine, pentamidine, atau propamidine nampaknya paling
berguna. Yang lain termasuk amphotericin B, fluorocytosine, itraconazole,
ketoconazole, miconazole, neomycin, paromomycin, atau
trimethoprim-sulfamethoxazole
Amebic Keratitis
Amebic
keratitis adalah infeksi kornea yang disebabkan oleh spesies Acanthamoeba.
Biasanya terjadi pada orang yang memakai lensa kontak.
Amebic keratitis mungkin secara progresif
merusak. Kebanyakan (85%) orang ditulari memakai lensa kontak. Infeksi lebih
mungkin terjadi jika lensa dipakai selama berenang atau jika cairan pembersih
lensa yang digunakan tidak steril. Beberapa infeksi timbul sesudah kornea
terkikis.
Biasanya, luka nyeri timbul di kornea. Gejala
termasuk mata kemerahan, produksi air mata berlebihan, sensasi adanya benda
asing, dan rasa sakit kalau mata terkena cahaya terang. Penglihatan biasanya
rusak.
Untuk diagnosa dokter mengambil sample dari
kornea.
Awalnya, infeksi yang tidak serius bisa
diobati lebih mudah. Jika luka tidak serius, dokter menggunakan alat dengan
ujung kapas kapas untuk menyingkirkan sel yang terinfeksi dan rusak. Kombinasi
dari dua atau lebih obat antimikroba, seperti polyhexamethylene biguanide (dulu
digunakan sebagai desinfekstan kontak lensa) ditambah propamidine (digunakan
secara topikal/dioleskan), yang paling baik bekerjanya. Mereka digunakan sekali
sejam untuk 3 hari pertama. Obat lain digunakan secara topikal (seperti obat
anti jamur clotrimazole atau fluconazole atau antibiotika chlorhexidine)
kadang-kadang juga digunakan. Fluconazole atau itraconazole dapat diminum,
khususnya jika infeksi hebat. Pengobatan intensif pada bulan pertama, lalu
lambat laun berkurang sewaktu penyembuhan terjadi. Pengobatan sering dilakukan
6 sampai 12 bulan. Jika pengobatan dihentikan terlalu cepat, infeksi mungkin
berulang. Pembedahan untuk memperbaiki kornea (keratoplasty) jarang diperlukan
kecuali kalau diagnosa dan pengobatan terlambat.
No comments:
Post a Comment